Fabel Rubah dan Burung Elang merupakan karya Aesop yang mengajarkan bahwa orang yang berkuasa yang bertindak semena-mena pada suatu ketika akan dikalahkan oleh pihak yang lebih lemah.
Fabel Rubah dan Burung Elang
Seekor elang sedang mencari makan untuk anak-anaknya. Ia terbang kesana kemari untuk mencari mangsa.
Sang elang melihat ada seekor bayi rubah yang sedang berjemur di bawah matahari. Sang elang segera menukik dan menyambarnya.
Induk rubah melihat anaknya yang disambar elang. Ia pun panik dan segera mengejar sang elang sambil berteriak dan memohon.
"Tolong, lepaskan anakku. Kasihanilah aku. Ia anakku satu-satunya," kata induk rubah.
Sang elang tak peduli dengan permohonan induk rubah. Sang elang berpikir bahwa induk rubah takkan bisa berbuat apa-apa kepada dirinya.
Jika bayi rubah ia bawa, induk rubah tak punya daya dan tak bisa membalas dendam apa-apa. Sarang elang berada di pohon yang tinggi, tempat yang tidak mungkin bisa dijangkau oleh induk rubah.
Sang elang terus terbang tinggi menuju sarangnya. Melihat ketidakpedulian sang elang, induk rubah merasa marah, dan ia pun berpikir bagaimana membebaskan anaknya dari sang elang.
Tak jauh dari sana, ia melihat api unggun yang baru saja ditinggalkan oleh penduduk desa. Induk rubah mendekat ke api unggun. Lalu ia mengambil sepotong kayu yang ujungnya masih memiliki bara api yang menyala. Ia menggigit kayu itu dan berlari menuju pohon tempat sarang elang berada.
Saat mencapai pohon tersebut, induk rubah segera menaruh kayu itu di bawah pohon. Lalu ia mengumpulkan ranting dan daun kering di sekitar pohon dan menumpuknya di atas kayu yang terbakar itu.
Beruntung bagi induk rubah, cuaca saat itu sangat mendukung, dan angin yang bertiup memudahkan ranting dan daun-daun terbakar. Api membesar dan asap yang tebal membumbung tinggi ke atas.
Sang elang saat itu sudah berada di atas sarang, dan ia sudah bersiap-siap menjadikan bayi rubah sebagai santapan bagi anak-anaknya. Tetapi tiba-tiba ia merasa matanya pedih, dan ia melihat ke bawah ternyata ada api yang besar dengan asap pekat di bawah sarangnya.
Sang elang merasa ketakutan dengan api yang membesar yang dapat merusak sarangnya serta dapat mencelakai anak-anaknya.
Sang elang lalu berkata kepada rubah, "Cukup, rubah. Aku akan mengembalikan anakmu. Tolong matikan apinya."
Induk rubah lalu mematikan api, dan sang elang mengembalikan anak rubah dengan selamat kepada induk rubah.
Pelajaran dari Cerita Rubah dan Burung Elang
1. Orang yang memiliki kekuasaan sering tidak peduli dengan kondisi orang lain, selama hal tersebut menguntungkan atau tidak merugikan dirinya.
Dalam cerita, sang elang dengan rakusnya hendak memangsa anak rubah, tidak peduli bahwa tindakannya itu menyakiti atau merampas hak pihak lain.
Demikian pula ada banyak orang yang berkuasa yang bertindak seenak hatinya. Mereka tidak peduli bahwa tindakan mereka jahat dan merugikan orang lain.
Yang mereka pedulikan adalah apakah sesuatu hal itu menguntungkan mereka atau tidak. Jika menguntungkan, mereka melakukannya.
Seperti dalam cerita, yang elang pikirkan adalah rasa lapar anak-anaknya sehingga ia menyambar anak rubah untuk diberikan kepada mereka.
2. Jangan meremehkan kekuatan dan kenekatan dari orang-orang yang teraniaya.
Kesombongan sering membuat seseorang mengabaikan pihak lain, tetapi situasi bisa berbalik kapan saja. Mereka yang memiliki kekuatan merasa posisinya aman dan tidak akan tersentuh oleh bahaya. Namun, kekuatan bukanlah jaminan bahwa seseorang akan selalu berada di atas.
3. Jangan menyerah terhadap ketidakadilan.
Induk rubah telah dizalimi, tetapi ia tidak menyerah dan putus asa. Malahan ia berupaya keras untuk membebaskan anaknya.
Keberanian dalam menghadapi situasi tidak menguntungkan dan bertindak dengan cepat membawa keberhasilan bagi induk rubah untuk menyelamatkan anaknya.
Cerita asli adalah karya Aesop. Fabel ini diceritakan ulang dan diberikan penjelasan moral cerita oleh Wifqi @www.wifqimedia.com

Posting Komentar