LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Kisah Khotbah Nasruddin Hoja: Rasionalisasi Penolakan

KISAH KHOTBAH NASSRUDDIN dan RASIONALISASI PENOLAKAN

Nasruddin Hoja diundang untuk memberikan khotbah di sebuah masjid yang penuh sesak. Dengan langkah tenang, ia menaiki mimbar, menatap wajah-wajah yang antusias, lalu bertanya lantang, "Wahai hadirin, tahukah kalian apa yang hendak aku sampaikan hari ini?"

Serempak para jamaah menggeleng dan menjawab, "Tidak, kami tidak tahu."

Nasruddin mendengus pelan, merapikan jubahnya, lalu berkata, "Jika kalian tidak tahu sama sekali apa yang akan kubicarakan, lantas apa gunanya aku membuang waktu menjelaskan pada orang-orang yang tidak punya dasar pengetahuan?" Tanpa basa-basi, ia turun dan pulang.

Minggu depannya, penasaran dengan kelakuan Nasruddin, jamaah kembali mengundangnya. Pertanyaan yang sama kembali terlontar. Kali ini, karena takut ia pergi lagi, jamaah berteriak kompak, "Ya, kami tahu!"

Nasruddin tersenyum simpul. "Syukurlah. Jika kalian sudah tahu, untuk apa lagi aku berceramah di sini?" Ia pun melenggang pergi meninggalkan jamaah yang gigit jari kebingungan.

Pada kesempatan ketiga, jamaah sudah menyusun strategi. Saat Nasruddin bertanya hal serupa, separuh jamaah berteriak "Tahu!" sementara separuh lagi menjawab "Tidak!"

Nasruddin mengangguk puas. Matanya berbinar jenaka sebelum melempar kalimat terakhirnya, "Bagus sekali. Kalau begitu, silakan bagi yang sudah tahu menceritakannya kepada yang belum tahu."

Ia pun turun dari mimbar dan menghilang di balik pintu masjid.

Pelajaran dari Kisah Khotbah Nassruddin: Rasionalisasi Penolakan

Cerita ini memberikan pelajaran tentang sikap manusia ketika menghadapi tanggung jawab yang tidak diinginkan. Inti pesannya adalah: Apabila seseorang tidak memiliki niat untuk melakukan sesuatu, ia akan selalu menemukan alasan untuk menghindarinya.

Nasruddin menunjukkan bahwa penolakan tidak harus selalu diungkapkan secara kasar atau langsung. Ia menggunakan kecerdasannya untuk mengolah setiap situasi menjadi alasan yang masuk akal (rasionalisasi) agar ia tidak perlu berceramah.

Kisah ini menyindir perilaku manusia yang sering membungkus ketidakinginan atau kemalasan dengan argumen logis, sehingga mereka bisa lepas dari kewajiban tanpa terlihat bersalah.

Posting Komentar