Nasruddin Hoja, tokoh sufi dan jenaka yang legendaris, dikenal karena kecerdikannya yang tak terduga. Kali ini, ia menghadapi tantangan mustahil dari Raja Timur Lenk: mengajari seekor keledai membaca.
Bagaimana Nasruddin memenangkan tantangan mustahil tersebut dengan strategi cerdik yang mengundang tawa sekaligus sindiran tajam? Berikut kisah selengkapnya.
Raja Timur Lenk, penguasa yang agung, merasa penasaran dengan reputasi kecerdikan Nasruddin Hoja. Untuk membuktikan desas-desus tersebut, ia memanggil Nasruddin menghadap ke istana guna menjalani sebuah ujian.
Timur Lenk menyerahkan seekor keledai biasa kepada Nasruddin dan memberikan tantangan mustahil: mengajari hewan itu membaca layaknya manusia dalam waktu satu bulan. Raja menjanjikan sekantung emas jika berhasil, namun jika gagal, Nasruddin harus menerima hukuman membersihkan kandang keledai selama sebulan penuh. Dengan tenang, Nasruddin menyanggupi tantangan tersebut.
Sesampainya di rumah, Nasruddin tidak mengajari mengeja, melainkan menggunakan taktik cerdik. Ia menyisipkan biji-biji gandum di sela-sela halaman sebuah buku besar. Perlahan tapi pasti, si keledai belajar bahwa membalik halaman dengan lidahnya berarti mendapatkan makanan lezat. Sehari sebelum batas waktu berakhir, Nasruddin sengaja menghentikan pemberian makan agar keledai itu kelaparan.
Pada hari pembuktian di istana, Nasruddin dengan percaya diri menyodorkan buku besar di depan keledainya. Didorong oleh insting perut yang keroncongan, hewan itu dengan antusias membolak-balik halaman mencari gandum yang tak ada. Karena kecewa tidak menemukan makanan, ia pun meringkik keras, "Eee-aaa!" Nasruddin segera berseru bangga bahwa keledai tersebut sedang membaca dengan suara lantang.
Raja Timur Lenk heran dan memprotes keras, "Ia hanya membalik kertas dan berteriak tanpa mengerti isinya!"
Dengan senyum tenang dan jenaka, Nasruddin menjawab, "Memang demikianlah cara seekor keledai membaca, Baginda: hanya membalik halaman tanpa pernah paham maknanya."
Gelak tawa Raja pecah mendengar sindiran tajam namun jenaka itu. Mengakui kecerdikan Nasruddin, Raja pun dengan senang hati menyerahkan hadiah sekantung emas.
Pelajaran dan Hikmah dari Kisah Nasruddin
1. Membaca Tanpa Memahami adalah Sia-sia
Kisah ini menyindir perilaku orang yang hanya sekadar membaca atau menghafal tanpa memahami maknanya. Membuka buku dan melafalkan isinya memang mudah, namun mencerna intisari dan kebijaksanaannya membutuhkan akal budi. Jangan sampai kita menjadi seperti keledai: rajin membalik halaman, tapi otak tetap kosong.
Lebih jauh lagi, pemahaman yang dangkal sering kali menimbulkan ilusi pengetahuan. Seseorang mungkin merasa pintar karena telah melahap banyak buku, namun jika ia tidak mampu mengamalkan atau menarik benang merah dari apa yang dibacanya, kegiatannya hanyalah rutinitas mekanis belaka. Hal ini tak ubahnya seperti keledai Nasruddin yang rajin membuka lembaran kertas demi biji gandum, tanpa sedikitpun menyadari ilmu yang tersirat di setiap halamannya.
2. Kecerdikan dalam Menghadapi Tekanan
Nasruddin mengajarkan kita untuk tetap tenang saat menghadapi tuntutan yang tidak masuk akal. Ketika diberi beban berat oleh atasan atau keadaan (seperti Raja Timur Lenk), solusi kreatif seringkali menjadi jalan keluar terbaik dibandingkan sekadar bekerja keras tanpa strategi.
Poin penting lainnya adalah tentang mengubah sudut pandang. Alih-alih terpaku pada ketidakmungkinan mengajari keledai membaca secara harfiah, Nasruddin mencari celah definisi "membaca" yang bisa diterima akal namun tetap memenuhi syarat tantangan. Ini mengingatkan kita bahwa dalam kebuntuan, fleksibilitas berpikir adalah senjata yang paling ampuh.
Daftar lengkap kisah Nasruddin Hoja, kunjungi: Kumpulan Kisah Nasruddin Hoja

Posting Komentar