LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Rahasia Bunga yang Terpilih: Kisah tentang Jodoh, Cinta, dan Kebahagiaan

Rahasia Bunga yang Terpilih: Kisah tentang Jodoh, Cinta, dan Kebahagiaan

Seorang murid bernama Qais berkunjung ke rumah Sang Guru. Qais ingin mengetahui tentang makna cinta dalam kehidupan.

Sang Guru adalah seorang bijak yang telah mengerti makna kehidupan. Ia ingin mengajarkan kepada sang murid perihal kebijaksanaan hidup dengan cara yang membekas di hati.

Berkatalah Qais pada Sang Guru, "Guru, ajarkanlah kepadaku tentang cinta."

Setelah berpikir sejenak, sang guru berkata kepada Qais, "Wahai Qais, pergilah engkau ke hutan di sebelah utara desa ini. Jelajahilah hutan itu sepuasmu. Di sana banyak tumbuh bunga. Petiklah bunga yang paling menyenangkan hatimu dan bawalah kemari. Akan tetapi, ingat satu hal, engkau harus kembali ke sini sebelum malam datang. Jika engkau dapat membawa bunga itu tepat waktu, aku akan mengajarkanmu tentang cinta dalam kehidupan."

Beberapa saat kemudian, Qais pergi ke hutan tersebut. Hutan itu sangat luas, sehingga untuk menjelajahi seluruh bagiannya, dibutuhkan waktu tidak kurang dari sehari semalam.

Qais berjalan dengan penuh perhitungan. Setelah lama menjelajahi hutan, akhirnya ia memetik sebuah bunga mawar yang indah. Saat menjelang senja, ia sampai kembali di kediaman Sang Guru dan menyerahkan bunga mawar tersebut.

Sang Guru bertanya, "Apakah dirimu menjelajahi seluruh hutan untuk mengambil bunga yang kau anggap terindah ini?"

Qais menjawab, "Tidak, Guru, karena waktu tidak mencukupi untuk menjelajah seluruh hutan. Hanya sebagian hutan yang berhasil aku jelajahi. Jika aku memaksa berjalan lebih jauh lagi, tentu aku tidak akan berhasil kembali tepat waktu."

Guru bertanya lagi, "Apakah itu bunga indah yang pertama kali ingin kamu petik?"

Qais menggeleng, "Tidak, Guru. Tak lama setelah aku tiba di hutan, aku menjumpai setangkai bunga yang ingin sekali kupetik. Namun, aku urungkan niatku karena aku berpikir barangkali di depan sana masih ada bunga yang jauh lebih indah lagi."

Guru melanjutkan, "Lalu, apakah bunga yang kau petik ini adalah bunga terindah yang kau temui sepanjang perjalananmu?"

"Tidak, Guru," jawab Qais dengan jujur. "Aku sebenarnya menjumpai bunga yang lebih indah sebelumnya, tetapi bunga itu entah di mana. Aku tidak tahu lagi tempatnya setelah aku lama berjalan meninggalkan lokasi itu. Hutan itu terlalu luas untuk mengingat di mana persisnya bunga terindah itu berada. Selain itu, setelah aku memetik bunga mawar ini, ternyata di jalan pulang aku menjumpai banyak lagi bunga yang lebih indah."

Guru menatap tajam, "Adakah dirimu memiliki keinginan memetik lebih dari satu bunga?"

"Iya, Guru. Alangkah banyaknya bunga yang indah di hutan itu. Namun, tentu aku hanya boleh memetik satu bunga sehingga aku tidak memetik bunga yang lainnya," jawab Qais.

"Dengan mempertimbangkan seluruh pengalamanmu tadi, apakah engkau puas dengan pilihanmu ini?" tanya Sang Guru.

Qais tersenyum dan mengangguk, "Iya, Guru. Ini adalah pilihan sadarku. Aku telah mempertimbangkan matang-matang saat memetiknya. Aku menyukai warnanya yang indah dan keharumannya. Aku tidak menyesal sama sekali dengan pilihan ini."

Sang Guru kemudian tersenyum dan mulai menerangkan makna dari perjalanan tersebut.

"Sebagaimana hutan yang terlalu luas dijelajahi dalam waktu yang terbatas, demikian pula dunia ini yang terlalu luas bagi dirimu menjelajahi setiap bagiannya untuk menemukan seseorang yang terindah. Untuk itu, dalam perjalanan hidupmu engkau harus mempersunting seseorang yang berada di depanmu, atau yang berada di belakangmu namun engkau kembali lagi menjumpainya. Jika tidak, engkau tidak akan memperoleh pasangan hidup sampai datang ajal menjemputmu."

"Bunga yang engkau jumpai pertama kali yang benar-benar ingin kamu petik, itulah cinta pertamamu. Bunga itu tidak kamu petik karena kamu merasa bahwa kamu masih terlalu awal dalam menjelajahi hutan itu. Demikian pula dalam hidupmu, bunga itu ibarat orang yang pertama kamu cintai, mungkin ia teman masa kecilmu, namun kamu tidak mempersuntingnya karena perjalanan hidupmu masih terlalu muda untuk membina mahligai rumah tangga."

"Namun demikian, ada kalanya kamu tidak bisa melupakan bunga pertama yang kamu jumpai sehingga kamu selalu memperbandingkan bunga yang datang setelahnya dengan bunga pertama itu, sehingga dalam perjalanan hidupmu kamu kembali lagi ke tempat semula untuk memetiknya. Itulah jika cinta pertamamu yang kemudian menjadi jodohmu."

"Bunga yang terindah yang ingin kamu petik itulah ibarat wanita idaman yang ingin engkau nikahi. Setelah engkau menjumpai banyak bunga, ada yang terindah menurutmu. Tetapi, ia telah berlalu di belakangmu dan engkau tidak mampu lagi menggapainya karena berbagai alasan sehingga engkau memutuskan untuk tidak mengambilnya."

"Tentu saja, jika beruntung engkau telah mengambil bunga itu sejak semula. Tetapi kehidupan terkadang membawa dirimu pergi dari kesempatan di depan mata untuk memetik bunga yang kau anggap terindah itu. Dengan demikian, engkau harus merelakan kepergiannya dari kehidupan sehari-harimu."

"Bunga yang kamu petik itulah jodoh yang menjadi pasangan hidupmu. Ia mungkin bukan yang terindah dalam perjalananmu mencari bunga, tetapi ia yang memenuhi kebutuhanmu akan sebuah bunga yang akan memberi keharuman pada hidupmu. Itulah bunga yang terindah yang mungkin engkau gapai, dan oleh karena itu, dengan sadar engkau memetiknya untuk kamu bawa kemari."

"Setelah engkau memetik satu bunga, engkau akan menjumpai banyak bunga lain yang ingin kamu petik. Keinginanmu itu adalah nafsumu. Setelah engkau menikah, engkau akan menjumpai banyak wanita yang menurutmu lebih cantik dan mempesona. Itulah makna bunga-bunga yang lebih indah yang kau jumpai setelah engkau memutuskan untuk memetik satu bunga."

"Tekadmu untuk hanya memetik satu bunga, itulah ibarat untuk kesetiaan. Aku tidak melarangmu mengambil lebih dari satu bunga, tetapi kesadaranmu untuk memetik hanya satu bunga menunjukkan betapa engkau berkomitmen terhadap bunga yang telah engkau petik itu."

"Jika engkau memetik lebih dari satu bunga sementara engkau hanya memberitahuku bahwa engkau hanya memetik satu, itulah yang dinamakan kebohongan dan perselingkuhan. Engkau mengaku hanya menikahi satu orang sementara engkau punya kekasih hati yang lain. Engkau menjalin hubungan dengan wanita lain tanpa sepengetahuan istrimu. Itulah kebohongan dan perselingkuhan."

"Lalu, apakah cinta sejati itu? Cinta sejati adalah condongnya hatimu kepada bunga yang telah engkau petik meskipun kamu tahu bahwa banyak bunga lain yang lebih indah dibandingkan bunga yang kamu petik itu. Bunga yang paling indah belum tentu bunga yang paling kamu sukai. Karena itu, cinta sejati adalah rasa cinta pada bunga tertentu yang engkau tidak ingin menukarnya dengan bunga lainnya."

"Lalu apakah kebahagiaan itu? Kebahagiaan ialah perasaan puasmu terhadap bunga yang kamu petik. Engkau tidak merasa menyesal telah memetik bunga itu meski tahu ada banyak bunga lain yang lebih indah. Engkau merasa lega telah mendapat bunga yang indah dalam hidupmu, lalu engkau menjalani kehidupan dengan bunga itu dengan penuh penerimaan akan segala kelebihan dan kekurangannya."

Posting Komentar