LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Fabel Singa, Beruang, dan Rubah: Pertarungan yang Sia-Sia

Ilustrasi cerita Fabel Singa, Beruang, dan Rubah: Pertarungan yang Sia-Sia

Di sebuah hutan rimba yang lebat, seekor anak kambing yang malang tersesat jauh dari kawanannya. Nasibnya kian memburuk ketika dua penguasa hutan, seekor Singa yang gagah dan seekor Beruang yang besar, melihatnya secara bersamaan. Didorong rasa lapar, keduanya menerkam anak kambing itu dalam waktu yang nyaris serentak.

Keduanya berhenti, saling mencengkeram mangsa itu dengan kuat. Singa mengaum keras, matanya menyala penuh amarah, "Lepaskan! Ini adalah buruanku. Aku adalah raja hutan ini!" Namun, Beruang yang bertubuh kokoh tidak gentar sedikit pun. Ia membusungkan dadanya dan membalas, "Enak saja! Aku yang melihatnya lebih dulu. Mangsa ini adalah hakku!"

Tak ada yang mau mengalah atau membagi hasil buruan itu. Perdebatan singkat itu segera berubah menjadi pertarungan yang dahsyat. Mereka saling mencakar, menggigit, dan membanting tubuh satu sama lain dengan kekuatan penuh. 

Pertarungan itu berlangsung sangat lama dan brutal hingga matahari mulai tergelincir ke arah barat. Perlahan namun pasti, tenaga mereka terkuras habis. Luka-luka di tubuh membuat gerakan mereka melambat hingga akhirnya kedua hewan buas itu ambruk ke tanah. Mereka terkapar, napas mereka memburu, dan tubuh mereka terlalu lemah bahkan untuk sekadar mengangkat kepala.

Saat itulah, seekor Rubah yang cerdik, yang sejak tadi mengamati dari kejauhan, melihat kesempatannya. Dengan langkah ringan dan gesit, Rubah itu berjalan mendekat ke arah anak kambing yang tergeletak di antara Singa dan Beruang.

Pemandangan berikutnya sungguh menyakitkan bagi kedua raksasa itu. Rubah dengan mudah mengambil anak kambing tersebut tepat di depan hidung mereka. Singa ingin sekali menerkam, dan Beruang ingin sekali memukul rubah itu, tetapi otot-otot mereka seolah mati rasa. Mereka benar-benar tak berdaya. Mata mereka hanya bisa menatap nanar saat Rubah itu melenggang pergi membawa mangsa mereka.

Sepeninggal Rubah, suasana menjadi hening. Hanya terdengar suara napas berat mereka yang penuh sesak. Di tengah rasa sakit itu, timbul penyesalan yang mendalam di hati keduanya. "Betapa bodohnya kita," keluh Singa dengan suara parau. Beruang pun mengangguk lemah, mengakui kebodohan mereka.

Mereka sadar, pertarungan mati-matian itu hanyalah sebuah kesia-siaan. Usaha keras mereka justru menjadi hadiah gratis bagi sang Rubah. Andai saja tadi mereka mau menekan ego dan berbagi, tentu perut mereka berdua sudah terisi saat ini. Kini, mereka tidak mendapatkan apa-apa selain luka, rasa lapar yang makin perih, dan penyesalan yang terlambat.

Pelajaran dari Kisah Ini

1. Kerja Keras Tidak Selalu Menghasilkan Keuntungan

Kisah ini mengajarkan realitas pahit bahwa mereka yang bekerja paling keras tidak selalu menjadi pihak yang mendapat untung. Singa dan Beruang adalah pihak yang mengeluarkan keringat, darah, dan tenaga paling besar. Namun, hasilnya justru nol.

Sebaliknya, Rubah yang tidak ikut bertarung dan tidak mengeluarkan tenaga justru yang menikmati hasilnya. Ini mengingatkan kita bahwa kerja keras saja tidak cukup; kita butuh kerja cerdas. Tenaga yang besar jika disalurkan ke arah yang salah (seperti pertengkaran) hanya akan menjadi kerja keras yang sia-sia, sementara orang lain yang lebih jeli mengambil manfaatnya.

2. Lebih Baik Berbagi daripada Kehilangan Segalanya

Pelajaran penting lainnya adalah tentang kebijaksanaan dalam berkompromi. Sering kali, keserakahan membuat kita menginginkan segalanya untuk diri sendiri (all or nothing). Singa dan Beruang berpikir bahwa mereka harus mendapatkan seluruh anak kambing itu sendirian.

Padahal, jika mereka mau berbagi, setengah bagian pun sudah cukup untuk mengenyangkan perut daripada tidak makan sama sekali. Bersikeras untuk menang mutlak sering kali justru membawa kita pada kekalahan mutlak. Jalan tengah bukanlah tanda kelemahan, melainkan strategi untuk memastikan kita tetap mendapatkan bagian.

3. Konflik Hanya Menguntungkan Pihak Ketiga

Rubah dalam cerita ini mewakili "pihak ketiga" yang selalu ada dalam setiap konflik. Ketika dua pihak sibuk saling menjatuhkan, mereka menjadi lengah dan lemah. Energi yang seharusnya digunakan untuk menjaga aset justru habis untuk menyerang rekan sendiri.

Persatuan dan kolaborasi jauh lebih menguntungkan daripada kompetisi yang saling mematikan. Ingatlah, ketika kita sibuk bertikai, ada orang lain yang sedang menunggu dengan sabar untuk mengambil keuntungan dari kelelahan kita.


Daftar lengkap dongeng dan fabel Aesop, kunjungi: Kumpulan Dongeng dan Fabel Aesop

Posting Komentar