Legenda Telaga Warna adalah salah satu cerita rakyat Jawa Barat yang paling memukau, menjelaskan asal-usul danau indah di Kawasan Puncak, Bogor. Meskipun secara ilmiah warna air Telaga Warna dapat berubah karena pantulan cahaya, masyarakat setempat meyakini fenomena tersebut berasal dari kisah tragis Putri Gilang Rukmini.
Lebih dari sekadar dongeng, legenda ini mengingatkan kita tentang bahaya dari sifat sombong dan memanjakan anak secara berlebihan.
Kerajaan Kutatanggeuhan yang Makmur
Dahulu kala, jauh sebelum masa sekarang, berdiri sebuah kerajaan yang sangat makmur dan damai di wilayah Jawa Barat. Kerajaan itu bernama Kutatanggeuhan.
Tanah di kerajaan ini sangat subur, sehingga rakyat tidak pernah kekurangan bahan pangan. Segala jenis tanaman tumbuh dengan baik, dan hewan ternak berkembang biak dengan sehat.
Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang sangat adil dan bijaksana bernama Prabu Swarnalaya. Ia didampingi oleh seorang permaisuri yang berhati lembut, Ratu Purbamanah.
Di bawah kepemimpinan mereka, rakyat hidup tenang dan sejahtera. Tidak ada kejahatan, dan semua orang saling tolong-menolong dalam kebaikan.
Namun, di balik kemegahan istana dan kemakmuran rakyatnya, tersimpan sebuah kesedihan mendalam di hati Raja dan Ratu. Meski harta mereka melimpah, istana terasa sangat sepi.
Sudah bertahun-tahun lamanya mereka menikah, namun belum juga dikaruniai seorang anak. Rasa sepi itu kian hari kian menyiksa batin Prabu Swarnalaya dan Ratu Purbamanah.
Penantian Sang Buah Hati
Melihat kesedihan sang istri, Prabu Swarnalaya memutuskan untuk melakukan sesuatu. Ia tidak ingin menyerah begitu saja pada nasib.
Sang Prabu kemudian pergi ke sebuah gua yang sunyi untuk bertapa. Di sana, ia berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Yang Maha Kuasa agar dikaruniai keturunan penerus takhta.
Siang dan malam Prabu berdoa tanpa lelah, menahan lapar dan haus demi harapan tersebut. Ketulusan hati dan doa sang Prabu akhirnya didengar oleh Yang Maha Kuasa.
Beberapa bulan setelah Prabu kembali ke istana, kabar gembira itu pun datang. Ratu Purbamanah dinyatakan mengandung. Sukacita pun menyelimuti seluruh kerajaan.
Sembilan bulan kemudian, lahirlah seorang putri yang sangat cantik jelita. Bayi mungil itu diberi nama Putri Gilang Rukmini.
Kelahiran sang putri disambut dengan pesta meriah. Rakyat sangat bahagia karena akhirnya raja mereka memiliki penerus.
Putri Cantik yang Dimanja
Putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Wajahnya bersinar dan tingkahnya sangat menggemaskan saat masih kecil.
Ada satu kebiasaan unik dari sang putri saat kanak-kanak. Ia sangat menyukai warna biru. Hampir setiap hari rambutnya dikucir dan dihiasi dengan pita berwarna biru.
Karena kebiasaan itu, teman-teman dan orang-orang istana sering memanggilnya dengan julukan Dewi Kuncung Biru. Julukan itu terdengar manis dan akrab di telinga semua orang.
Namun, karena ia adalah anak satu-satunya yang sangat dinantikan, Prabu dan Ratu memberikan kasih sayang yang berlebihan. Apa pun yang diminta oleh sang putri, pasti akan langsung dituruti.
Sayangnya, cara mendidik yang terlalu memanjakan ini berdampak buruk. Putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang egois, manja, dan keras kepala.
Ia tidak segan-segan marah atau bertindak kasar jika ada satu saja keinginannya yang tidak terpenuhi. Meski begitu, orang tua dan rakyatnya tetap mencintainya dengan tulus.
Pesta Ulang Tahun Ketujuh Belas
Waktu berlalu begitu cepat, Putri Gilang Rukmini akan segera menginjak usia 17 tahun. Usia yang menandakan kedewasaan bagi seorang gadis.
Prabu Swarnalaya ingin mengadakan pesta ulang tahun yang sangat megah untuk putri semata wayangnya. Kabar ini disambut antusias oleh seluruh rakyat Kutatanggeuhan.
Rakyat yang mencintai rajanya ingin memberikan hadiah istimewa. Mereka bergotong royong mengumpulkan emas, permata, dan batu mulia simpanan mereka.
Semua harta itu diserahkan kepada ahli perhiasan kerajaan. Tujuannya satu: membuat sebuah kalung yang paling indah di dunia untuk sang putri.
Ahli perhiasan bekerja dengan hati-hati. Ia merangkai emas itu dan menghiasinya dengan permata berwarna-warni. Ada merah, hijau, biru, dan ungu yang berkilauan indah.
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Alun-alun istana dipenuhi oleh ribuan rakyat yang ingin melihat sang putri dan memberikan doa restu.
Peristiwa Pecahnya Kalung Permata
Di puncak acara, Prabu Swarnalaya berdiri didampingi Ratu Purbamanah. Mereka memanggil Putri Gilang Rukmini untuk maju ke hadapan rakyat.
Sang Prabu kemudian mengambil kotak berisi kalung indah buatan rakyat tadi. Ia membukanya dan memperlihatkannya kepada sang putri dan seluruh hadirin.
"Putriku tercinta," kata Prabu dengan lembut. "Ini adalah hadiah tanda cinta dari seluruh rakyat negeri ini. Mereka membuatnya dengan tulus untukmu. Pakailah, Nak."
Prabu hendak memakaikan kalung itu ke leher putrinya. Namun, kejadian yang tidak terduga terjadi. Putri Gilang Rukmini menepis tangan ayahnya.
Ia menatap kalung berwarna-warni itu dengan tatapan jijik. Wajah cantiknya berubah menjadi masam dan penuh amarah.
"Aku tidak mau memakai kalung itu!" teriaknya lantang di hadapan semua orang. "Bentuknya jelek dan warnanya norak! Kampungan! Aku tidak sudi memakainya!"
Dengan kasar, Putri Gilang Rukmini merampas kalung itu dan membantingnya ke lantai batu. Kalung indah itu pun hancur berkeping-keping.
Permata-permata indah yang dikumpulkan rakyat dengan susah payah kini berserakan di lantai, terpisah dari ikatannya. Suasana pesta yang riuh tiba-tiba berubah menjadi hening mencekam.
Air Mata yang Menenggelamkan Kerajaan
Tidak ada seorang pun yang berani bicara. Mereka terkejut melihat perilaku putri yang sangat mereka cintai ternyata begitu kasar dan tidak menghargai pemberian orang lain.
Ratu Purbamanah yang berdiri di samping Prabu tak kuasa menahan kesedihannya. Hatinya hancur melihat putrinya tumbuh menjadi orang yang angkuh.
Ratu pun menangis tersedu-sedu. Tangisannya begitu menyayat hati. Melihat ratu mereka menangis, rakyat pun ikut meneteskan air mata karena kecewa dan sakit hati.
Awalnya hanya isak tangis perlahan, namun lama-kelamaan tangisan ribuan orang itu seolah mengguncang langit. Tiba-tiba, keajaiban alam terjadi.
Dari dalam tanah tempat kalung itu hancur, muncul mata air yang sangat deras. Langit berubah gelap, angin bertiup kencang, dan guncangan hebat melanda istana.
Air mata rakyat dan mata air yang muncul dari bumi menyatu, membanjiri seluruh alun-alun. Air terus naik dengan cepat, menenggelamkan istana megah Kutatanggeuhan.
Dalam waktu singkat, Kerajaan Kutatanggeuhan hilang tenggelam di dasar air. Segala kemegahan dan kesombongan sang putri sirna ditelan banjir bandang tersebut.
Legenda Telaga Warna
Setelah badai reda dan air tenang, tempat bekas berdirinya kerajaan itu berubah menjadi sebuah danau yang luas dan indah.
Anehnya, air di danau tersebut sering berubah-ubah warna. Kadang terlihat hijau, kuning, ungu, atau bahkan seperti pelangi saat terkena sinar matahari.
Masyarakat percaya bahwa warna-warni air danau itu berasal dari pantulan permata kalung Putri Gilang Rukmini yang masih berserakan di dasar telaga.
Danau itulah yang kini dikenal dengan nama Telaga Warna. Lokasinya masih bisa kita temukan hingga saat ini di kawasan Puncak, Jawa Barat.
Pesan Moral dari Cerita
Kisah Legenda Telaga Warna memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Pertama, sebagai anak, kita harus selalu menghargai pemberian orang tua dan orang lain, sekecil apa pun nilainya.
Kedua, sifat sombong dan egois hanya akan membawa kehancuran bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Kecantikan fisik tidak akan berarti jika tidak diimbangi dengan kecantikan hati.
Ketiga, bagi para orang tua, kasih sayang bukan berarti harus menuruti semua keinginan anak. Mendidik anak dengan disiplin dan nilai-nilai kebaikan adalah bentuk kasih sayang yang sesungguhnya.
Tertarik membaca cerita rakyat lainnya: silakan kunjungi Kumpulan Dongeng Nusantara dan Cerita Rakyat Indonesia
Catatan Tambahan Mengenai Versi Cerita
Cerita rakyat sering kali memiliki beberapa versi yang berbeda karena dituturkan secara lisan turun-temurun. Dalam versi lain kisah ini:
- Nama Raja kadang disebut sebagai Prabu Suwartalaya.
- Nama Putri kadang disebut sebagai Nyi Mas Ratu Dewi Rukmini Kencana Wungu atau Putri Ayu Kencana Ungu.

Posting Komentar