Fabel Rubah dan Gagak merupakan karya Aesop yang mengajarkan agar kita berhati-hati terhadap pujian yang diberikan oleh orang lain.
Kisah Rubah dan Gagak - Fabel Aesop
Pada suatu hari yang cerah, ada seekor burung gagak sedang bertengger di atas dahan pohon. Di paruhnya terdapat sepotong keju yang tampak lezat.
Di bawah pohon itu, seekor rubah mengawasi sang gagak. Ia dengan cermat melihat sang gagak dan keju yang dibawanya.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba rubah memuji sang gagak, "Wahai gagak, aku lihat kamu sangat cantik sekali. Bulumu sangat indah, sayapmu juga gagah, dan gerakanmu juga anggun."
Rubah itu melanjutkan pujiannya, "Dengan segala kualitasmu, aku yakin kamu adalah ratu di antara semua burung. Namun, sayangnya aku belum mendengar suaramu. Aku yakin suaramu juga pasti sangat merdu."
Mendengar sanjungan dari rubah, sang gagak merasa sangat senang. Kemudian, ia berpikir untuk menunjukkan suaranya kepada rubah. Sang gagak pun segera membuka paruhnya untuk bernyanyi dan berdendang.
Ketika sang gagak mulai bernyanyi, keju yang berada di paruhnya jatuh ke bawah. Rubah segera mengambil keju itu dan memakannya.
Sang gagak terus memamerkan suaranya, sampai kemudian ia mendengar rubah bicara, "Wahai gagak, tidak ada yang salah dengan suaramu. Namun, ada yang kurang denganmu yaitu akal sehatmu. Bagaimanapun juga, terima kasih atas kejunya. Sungguh keju yang lezat."
Mendengar perkataan rubah, sang gagak terkejut. Lalu, ia menyadari bahwa pujian rubah hanyalah tipu daya untuk memperoleh keju. Lalu, sang gagak pun pergi dengan penuh penyesalan di hati.
Pelajaran dari Kisah Rubah dan Gagak
1. Hati-hati terhadap sanjungan dan pujian.
Ada sanjungan dan pujian yang tulus, tetapi ada yang hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Seperti dalam cerita, rubah memberikan sanjungan tidak karena ketulusan, tetapi karena ingin mendapatkan keju yang berada di paruh sang gagak.
Pujian memang menyenangkan, namun ada baiknya kita lebih berhati-hati ketika menerima pujian.
2. Tidak semua orang memiliki hati yang baik.
Banyak orang jahat yang berusaha memanipulasi keadaan, dicontohkan dalam cerita seperti rubah yang licik, tak segan-segan ia menipu untuk mendapatkan keju.
Untuk itu, jangan terlalu polos dalam menghadapi kehidupan. Kita perlu memiliki kewaspadaan ketika berhadapan dengan orang lain.
Waspada bukan berarti curiga, tetapi lebih berhati-hati terhadap tindakan dan ucapan dari orang lain.
3. Kesombongan dapat merugikan kita.
Gagak yang merasa sombong atas pujian rubah akhirnya kehilangan keju. Kesombongan membuatnya lengah terhadap tipuan yang dilakukan oleh rubah.
Demikian pula dalam kehidupan, alangkah banyaknya orang yang kehilangan jabatan atau harta benda karena adanya kesombongan dalam hati. Karena merasa hebat atau merasa memiliki harta melimpah, mereka bertindak ceroboh dan akhirnya mengalami kerugian yang besar.
4. Gunakan akal sehat sebelum bertindak.
Jika menggunakan akal sehat, mungkin gagak akan menolak bernyanyi karena menyadari tipuan rubah, atau paling tidak sebelum bernyanyi ia meletakkan keju di tempat yang aman.
Demikian pula halnya kehidupan kita, dalam segala situasi kita perlu menggunakan akal sehat.
Seperti peribahasa pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Jika kita berpikir cermat sebelum bertindak, kita akan memperoleh manfaat yang besar. Sebaliknya jika kita bertindak ceroboh, maka dapat berujung pada penyesalan.
Cerita asli oleh Aesop / Aisopos (620–564 SM). Diceritakan kembali oleh Wifqi (www.wifqimedia.com).

Posting Komentar