Seorang teman kaya mengundang Nasrudin Hoja berburu, yang rencananya akan ditutup dengan jamuan makan besar di rumah mewahnya. Namun, teman itu berniat mempermalukan Nasrudin agar datang terlambat di acara makan tersebut, sehingga ia sengaja memberinya kuda tua yang sangat lamban.
Di tengah hutan, hujan deras turun tiba-tiba. Si teman kaya segera memacu kuda cepatnya pulang, tak sabar ingin segera menyantap hidangan hangat dan meninggalkan Nasrudin. Meski cepat, ia tetap tiba dengan basah kuyup. Nasrudin, yang tertinggal jauh, justru melepas bajunya, melipatnya aman di bawah pelana, dan berjalan santai di bawah hujan.
Saat jamuan makan dimulai, semua orang takjub melihat Nasrudin menyantap hidangan dengan baju yang kering sempurna, sementara tuan rumah dan tamu lain bajunya masih lembap. "Itu berkat keajaiban kuda yang kau pinjamkan," kata Nasrudin ringan.
Keesokan harinya, si teman yang penasaran memaksa tukar kuda. Hujan kembali turun. Si teman sengaja berjalan lambat dengan kuda tua itu, berharap keajaiban terjadi. Hasilnya? Ia tiba kembali di ruang makan dengan tubuh menggigil dan basah kuyup sampai ke tulang. Tak lama, Nasrudin masuk, duduk manis siap makan dengan baju yang lagi-lagi kering.
"Kau penipu! Kuda ini tidak ada gunanya!" teriak temannya di depan meja makan.
Nasrudin menjawab tenang, "Masalahnya bukan pada kudanya, Kawan. Kamu terlalu sibuk memacu kuda, sampai lupa mengamankan bajumu."
Nilai Moral
1. Pentingnya Strategi di Atas Kecepatan
Keberhasilan sejati tidak bergantung pada seberapa cepat atau mahal alat (kuda) yang kita miliki, melainkan pada seberapa cerdas kita menggunakan strategi (akal).
Teman kaya mengandalkan kecepatan kuda mahal, tetapi gagal karena ia tidak dapat mengalahkan alam (hujan).
Nasrudin mengandalkan pemikiran kreatifnya untuk melindungi hal yang paling penting (pakaian), sehingga ia berhasil mencapai tujuan utama (tetap kering) meskipun memiliki sumber daya yang terbatas.
2. Fokus pada Solusi Inti, Bukan Alat
Fokuslah pada inti masalah atau solusi yang benar-benar dibutuhkan, bukan pada sumber daya yang bermasalah.
Teman kaya terlalu fokus pada kuda (alat yang lambat) dan bagaimana memacunya, sehingga ia lupa tujuan aslinya adalah melindungi diri dari hujan.
Nasrudin tahu masalahnya adalah hujan yang membasahi baju. Solusinya adalah melindungi baju, bukan mencoba memenangkan perlombaan lari melawan waktu.
3. Kebijaksanaan Mengalahkan Kesombongan
Kisah ini juga mengajarkan bahwa kecerdasan dan akal sehat selalu mengalahkan kesombongan dan ketergesaan.
Kesombongan teman kaya membuatnya terburu-buru dan membuat penilaian yang salah (meremehkan kuda tua Nasrudin).
Ketenangan dan kebijaksanaan Nasrudin memungkinkannya berpikir jernih dan melakukan trik yang berhasil dua kali berturut-turut.

Posting Komentar