Fabel Rubah, Monyet, dan Tugu Para Leluhur adalah karya Aesop yang memiliki pelajaran berharga. Cerita ini menyindir perilaku orang yang suka menyombongkan nenek moyangnya.
Kisah ini menceritakan seekor hewan yang berbohong demi terlihat hebat. Mari kita simak cerita selengkapnya di bawah ini.
Narasi Kisah Rubah, Monyet, dan Tugu Para Leluhur
Pada suatu siang yang cerah, seekor Rubah dan Monyet sedang berjalan-jalan bersama di pinggiran kota. Mereka menikmati pemandangan sambil bertukar cerita seru.
Langkah kaki mereka akhirnya sampai di sebuah pemakaman tua yang sangat luas. Tempat itu dipenuhi tugu-tugu tinggi dari marmer putih yang berkilauan.
Tugu-tugu itu menandakan bahwa orang yang dikuburkan di sana adalah bangsawan atau pahlawan zaman dulu. Suasana di sana terasa hening dan membuat siapa saja yang melihatnya merasa kagum.
Melihat kemegahan itu, tiba-tiba muncul niat buruk di hati si Monyet untuk pamer. Ia ingin terlihat hebat agar Rubah semakin menghormatinya.
Monyet lalu membusungkan dada dan menunjuk ke arah tugu yang paling indah. Ia mulai berbicara dengan nada yang dibuat-buat agar terdengar gagah.
"Lihatlah tugu-tugu marmer yang tinggi itu, wahai sahabatku," ucap Monyet dengan lantang. "Ketahuilah, semua monumen megah ini adalah milik para leluhurku yang agung."
Si Rubah hanya diam menyimak, namun matanya menatap tajam tingkah temannya itu. Monyet terus melanjutkan bualannya tanpa sadar kalau Rubah mulai curiga.
"Nenek moyangku adalah kaum terpandang dan kaya raya di zaman dahulu," lanjut Monyet penuh percaya diri. "Mereka sangat dihormati, itulah sebabnya mereka dibuatkan tugu seindah ini."
Monyet terus mengarang cerita tentang kejayaan keluarganya. Ia berharap Rubah akan terkesan dan memujinya sebagai keturunan orang hebat.
Namun, Rubah yang cerdas segera sadar bahwa ucapan Monyet hanyalah omong kosong. Ia tahu Monyet berbohong hanya untuk menutupi rasa kurang percaya dirinya.
Rubah tersenyum tipis dan menyiapkan jawaban cerdas untuk menghentikan sandiwara itu. "Wahai Monyet, kau sungguh pintar memilih tempat untuk bercerita," kata Rubah tenang.
"Kau telah memilih tempat yang paling aman di dunia untuk menyebarkan kebohonganmu," lanjut Rubah.
Monyet terdiam bingung dengan pujian aneh itu. Rubah kemudian melanjutkan ucapannya dengan sindiran tajam yang membuat Monyet malu.
"Tentu saja ceritamu aman di sini," pungkas Rubah. "Tidak ada satu pun dari 'leluhurmu' di bawah sana yang bisa bangun untuk membantah kebohonganmu."
Pelajaran Penting dari Kisah Rubah, Monyet, dan Tugu Para Leluhur
1. Jangan berbohong demi pujian
Monyet merasa dirinya kurang hebat, jadi ia meminjam nama besar "leluhur" palsu agar dipuji. Ia mengarang cerita bohong karena tidak punya prestasi sendiri.
Janganlah kita membangun kebanggaan di atas kebohongan. Kehormatan sejati datang dari sikap baik kita sendiri, bukan dari cerita dongeng nenek moyang.
2. Jujurlah meski tidak ada yang melihat
Monyet berani berbohong karena ia merasa "aman" dan berpikir orang mati tidak bisa protes. Ini adalah sikap pengecut yang memanfaatkan keadaan.
Kita harus tetap jujur di mana saja, walau tidak ada orang yang mengawasi. Kebenaran pasti akan terungkap, seperti Rubah yang akhirnya tahu belang si Monyet.
3. Masa lalu bukan jaminan masa depan
Monyet terlalu sibuk membanggakan masa lalu sampai lupa siapa dirinya yang sebenarnya. Ia hidup dalam bayangan kejayaan zaman dulu yang belum tentu benar.
Jangan terlena dengan kejayaan orang tua atau kakek nenek kita. Fokuslah pada apa yang bisa kita kerjakan hari ini agar kita bisa sukses dengan usaha sendiri.
Ingin membaca cerita seru lainnya? Kunjungi koleksi lengkap kami di sini: Kumpulan Dongeng dan Fabel Aesop.
Posting Komentar